Tak
selamanya, nazir atau pengelola wakaf di kota-kota metropolitan
menyisakan kisah memprihatinkan. Tengok saja Yayasan Pendidikan Islam Al–Azhar
Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Berkat inovasi, kreativitas, komitmen, dan
profesionalisme, mampu memaksimalkan potensi wakaf.
Direktur
Wakaf Al–Azhar Muhammad Rofiq Lubis, menyatakan pihaknya sudah mengelola wakaf
itu sejak tiga tahun lalu. keuntungannya saat ini dimanfaatkan untuk beasiswa
sejumlah pelajar. Baik di lembaga pendidikan internal Al-Azhar, atau di lembaga
luar lainnya.
Wakaf
di lembaga tersebut sudah memberikan sejumlah beasiswa dari hasil wakaf
produktif. Wakaf Al–Azhar memiliki aset berupa tiga hektare perkebunan Jabon
senilai Rp 750 juta, unit Hotel Horison di Solo senilai rp 1,3 miliar,
apartemen Casablanca dengan nilai investasi delapan persen dan rumah yang
disewakan di Depok senilai Rp 800 juta.”Aset terus berkembang,”tutur dia kepada
Republika Kamis (26/12).
Para
penerima manfaat dari wakaf Al–Azhar adalah umat Islam yang mengalami himpitan
ekonomi. Mereka kemudian dibantu dengan beasiswa agar anaknya dapat tetap
sekolah.
Rofiq
menyatakan saat ini pihaknya terus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya
wakaf. Caranya dengan melakukan pelatihan dan seminar tentang wakaf dengan
mengundang elemen masyarakat. Mereka yang mewakafkan hartanya melalui wakaf Al–Azhar
juga diberikan pengetahuan seputar wakaf dalam dimensi yang lebih luas. (Sumber:
republika.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar