Taman
pemakaman muslim Firdaus Memorial Park dibangun di kawasan Bandung Jawa Barat.
Taman pemakaman berbasis wakaf yang dikembangan Lembaga Wakaf Profesional
(Wakafpro 99) ini dikhususkan bagi jenazah keluarga pemberi wakaf (wakif) dan
masyarakat yang tidak mampu (dhuafa).
Direktur
Wakafpro-Sinergi Foundation, Asep Irawan mengatakan taman pemakaman ini
disediakan untuk umat dan menjadi milik umat muslim. "Ini
semua disediakan untuk umat dan menjadi milik umat. Ini wakaf murni, jika dia
mampu silakan berwakaf. Khusus untuk kaum dhuafa. Bahkan kami juga menyiapkan
kavling untuk ulama, ustadz, ataupun penghapal Alquran," ujar Asep saat
berbincang dengan detikcom di Jakarta, Rabu (26/2) lalu.
Asep
menuturkan, selain kenyataan lahan pekuburan di kota Bandung yang makin sempit
dan mahal, cerita kematian seorang bocah dari keluarga miskin di Kota Bandung
yang kesulitan untuk dimakamkan pada tahun 2011 silam menjadi latar digagasnya
taman pemakaman ini. Asep mengisahkan, 3 tahun lalu dirinya menyaksikan usaha
sepasang suami-istri miskin memperoleh pengobatan dan perawatan bagi putrinya
yang sakit parah. Di bawah guyuran hujan malam itu, Asep terpaksa menemani
pasutri tersebut membawa anaknya ke RS Hasan Sadikin, Bandung. Karena terlambat
mendapatkan pertolongan, sang bocah yang baru berusia 4 tahun itu akhirnya
dinyatakan meninggal oleh dokter.
Penderitaan
pasutri tersebut tak berhenti sampai di situ. Setelah membawa jenazah buah
hatinya ke kontrakan mereka di bilangan Kopo, Bandung, ternyata jenazah sang
bocah tidak dapat langsung dikebumikan lantaran pengurus desa mengharuskan
keduanya membayar biaya pengurusan jenazah sebesar Rp 600 ribu. Belum lagi
beban biaya tahunan, sementara keduanya hanya pekerja serabutan.
"Saya
menyaksikan langsung semua urutan kejadian itu. Alhamdulillah saat itu kami
bisa membantu sesuai yang kami mampu. Namun kami bertekad ini tidak boleh lagi
terjadi," kenang Asep.
Asep
mengatakan, ada 10 hektar yang dialokasikan untuk lahan pekuburan dari 21
hektar yang akan dibebaskan. 10 Hektar tersebut dibagi dua untuk area pemakaman
keluarga pemberi wakaf (wakif) seluas 5 hektar, dan sisanya untuk pemakaman
keluarga dhuafa. Setiap wakaf Rp 10 juta, dia menjelaskan, wakif akan menerima
benefit berupa 2 kavling lahan untuk jenazah keluarga wakif, dan 2 kavling lagi
untuk keluarga dhuafa. Setiap kavling lahan berkapasitas 3 jenazah.
Dengan
target 5.000 wakif, maka Firdaus Memorial Park diperkirakan mampu menampung
sekitar 60 ribu jenazah. "Namun jika wakif tidak
ingin menggunakan kavlingnya untuk keluarga, melainkan untuk dhuafa, pun tidak
apa-apa. Justru itu semakin baik dan investasi kebaikan bagi dia. Yang jelas, 5
hektar itu khusus untuk kaum dhuafa," terangnya.
Dari
mana dana pengelolaan taman pemakaman ini? Asep menjelaskan
selain Fidaus Memorial Park, di atas lahan 21 hektar ini juga akan dibangun
masjid, pesantren tahfidz, rumah bersalin cuma-cuma, persawahan dan peternakan.
Wakaf yang diterima akan dikelola menjadi wakaf produktif di sawah dan
peternakan ini.
"Intinya semuanya berbasis pada pengelolaan wakaf produktif. Sebagiannya lagi ada yang diinvestasikan, di mana dari usaha itulah yang akan menopang seluruh biaya taman pemakaman. Sehingga ahli waris juga tidak dikenakan retribusi bulanan atau tahunan," pungkas Asep.
"Intinya semuanya berbasis pada pengelolaan wakaf produktif. Sebagiannya lagi ada yang diinvestasikan, di mana dari usaha itulah yang akan menopang seluruh biaya taman pemakaman. Sehingga ahli waris juga tidak dikenakan retribusi bulanan atau tahunan," pungkas Asep.
Sejak
diresmikan pada akhir tahun lalu, Asep mengatakan saat ini sudah ada 420 wakif
yang bergabung dari daerah Bandung, Jakarta dan Bogor. Dari jumlah wakif itu,
sekitar 50 persen memberi wakaf tunai, sisanya mencicil sesuai kemampuan dalam
bentuk tabungan wakaf.
Wakif
yang mencicil meski dalam jumlah kecil, sudah mendapatkan hak kavling. Sehingga
jika wakif ataupun anggota keluarganya ada yang meninggal, sudah dapat
dikuburkan di lahan kavling tersebut.
"Sudah
ada 3 jenazah yang dikuburkan di taman pemakaman ini. 1 Orang wakif, 1 lagi
orang tuanya wakif, dan seorang lagi dhuafa. Yang dhuafa ini bernama Tati,
ibu-ibu tua renta hidup sebatangkara," ujarnya. "Semoga
ikhtiar kami ini menjadi solusi bagi masyarakat yang sulit mencari lahan
pemakaman bagi keluarganya karena mahalnya biaya pemakaman," tutup Asep.
(Sumber: detik.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar