Berdiri
membentuk huruf L di Jalan Kuningan Barat II, gedung Raudha mungkin belum
banyak dikenal warga Jakarta. Bangunan empat lantai ini memang bukan gedung
mewah untuk ukuran Jakarta, apalagi di kawasan segitiga emasnya. Tapi, pada
gedung inilah Yayasan Raudhatul Muta’allimin (YRM), Jakarta, memikulkan beban
pembiayaan operasional pendidikan sekolah yang dikelolanya.
YRM
mengelola tiga unit pendidikan. Ada Raudhatul Athfal (RA) setingkat
TK, Madrasah Ibtidaiyah (MI) setingkat SD, dan Madrasah Tsanawiyah (MTs)
setingkat SMP. Jumlah anak yang belajar di ketiga lembaga pendidikan itu 420
siswa, sementara karyawan dan guru berjumlah 40 orang.
Menurut
keterangan Haji Masduki Ishak, ketua pengurus yayasan bidang pendidikan, YRM
bisa mengantongi Rp900 juta per tahun dari penyewaan gedung Raudha tersebut.
Dana inilah salah satu andalan YRM untuk menjaga madrasah swasta di pusat kota
Jakarta itu tetap bernafas dan berkembang. Ada belasan perusahaan swasta
berkantor di gedung tersebut.
Gedung
itu berdiri di atas tanah bersertifikat wakaf atas nama nazir badan hukum
Yayasan Raudhatul Muta’allimin. Letaknya tidak sampai 1 kilometer dari lampu
merah Mampang Prapatan maupun perempatan Kuningan; diapit Jalan Raya Hajah
Rangkayo Rasuna Said dan Jalan Kuningan Barat Raya. Sungguh, sangat strategis.
Yayasan
yang berdiri pada tahun 1945 ini awalnya membangun gedung itu dengan dana
sendiri pada tahun 2000-an. Tetapi karena kekurangan dana, pembangunan tidak
selesai. Lalu pengurus bekerja sama dengan investor untuk menyelesaikan
pembangunan. Kerja sama pun berjalan selama enam tahun, dari 2004 sampai dengan
2010. Pihak investor menyelesaikan pembangunan gedung dan sebagai kompensasinya
berhak memperoleh keuntungan dari penyewaan gedung tersebut. Setelah kerja sama
dengan investor itu berakhir, nazir YRM mengelola sendiri gedung itu dan mulai
terasalah buah wakaf produktif tersebut.
Dengan
penghasilan per tahun mendekati Rp1 miliar, YRM berhasil mempertahankan
eksistensi madrasah di pusat kota Jakarta. Bahkan, semua anak didik kelas 1 RA,
MI, dan MTs dibebaskan dari pembayaran biaya sekolah.
Dari pengalaman wakaf produktif gedung Raudha tersebut, nazir YRM kemudian
bekerja sama lagi dengan investor lain pada 2013. Kali ini juga untuk membangun
gedung perkantoran komersial, tetapi lebih tinggi dan lebih besar. Luas tanah
yang dikerjasamakan lebih kurang 4.000 meter persegi.
Kerja
sama ini menggunakan skema built, operate, and transfer (BOT). Investor
membiayai pembangunan gedung, menggunakannya selama 35 tahun, lalu setelah itu
menyerahkan kepemilikan gedung dan pengelolaannya kepada nazir. Kompensasi
lainnya nazir memperoleh uang sewa Rp1,2 miliar per tahun. Nilai sewa pun
bertambah setiap tahun mengikuti laju inflasi.
Meski
hingga kini gedung belum berdiri, nazir sudah menerima pembayaran sebanyak
empat kali setiap enam bulan. Demikian informasi yang disampaikan Marwazie,
ketua pengurus yayasan bidang sosial, pada Kamis (27/8/2015).
Dengan
masuknya penghasilan yang lebih besar ini, manfaat wakaf semakin besar bagi
pendidikan dan kesejahteraan. Gaji pokok guru naik drastis, dari Rp1 jutaan
menjadi Rp2 jutaan. Bahkan kini mereka juga memperoleh tunjangan asuransi
jaminan hari tua. Selain itu, YRM bisa membangun laboratorium bahasa,
laboratorium IPA, ruang perpusatakaan, dan ruang kelas baru tiga lantai. Ke
depan, hasil wakaf produktif tidak hanya untuk operasional sekolah yang ada di
sana, tetapi juga untuk pengembangan pendidikan di Sukabumi. Di sana, YRM
mengelola tanah wakaf seluas dua hektare. “Nantinya hasil wakaf
di sini (Jakarta, red.) juga akan disalurkan ke luar Jakarta,” kata Masduki.
Masduki
berharap wakaf produktif bisa terwujud di mana saja, tidak hanya di kota besar
dan lokasi strategis. Dengan menjadi produktif, harta wakaf akan berdampak
signifikan bagi kesejahteraan umat di berbagai bidang.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar